Bolavibe – Kabar mengejutkan datang dari dunia sepak bola Eropa, khususnya Italia. Luciano Spalletti, pelatih yang ditunjuk untuk membangkitkan kejayaan Azzurri pasca kegagalan Piala Dunia sebelumnya, secara resmi mengundurkan diri dari jabatannya setelah periode singkat yang penuh tekanan. Keputusannya ini diumumkan usai laga persahabatan kontra Moldova dan menjadi sorotan utama media Italia serta pecinta sepak bola dunia.
Bukan Sekadar Kekalahan: Retaknya Fondasi Tim
Dalam konferensi pers yang emosional, Spalletti menyatakan bahwa keputusan untuk pergi bukan karena hasil pertandingan terakhir, melainkan karena “situasi internal tim yang tidak bisa diperbaiki”. Ia secara jujur mengakui bahwa sejak awal menjabat hingga hari terakhirnya, ia merasa tidak mampu mengubah wajah Timnas Italia, baik dari segi permainan maupun semangat kolektif.
Kekalahan memalukan 0-3 dari Norwegia dalam kualifikasi Piala Dunia 2026 menjadi pukulan besar. Kekalahan ini menandai puncak dari inkonsistensi performa yang tak kunjung membaik meski dilakukan berbagai perubahan strategi dan susunan pemain.
“Saya Meninggalkan Tim Ini Persis Seperti Saat Saya Datang”
Pengakuan paling mengejutkan datang dari pernyataan Spalletti sendiri yang mengatakan bahwa dirinya meninggalkan tim dalam kondisi yang sama buruknya seperti saat pertama kali ia menerima jabatan. Kalimat ini menjadi simbol kegagalan sekaligus bentuk kejujuran dari pelatih berusia 65 tahun tersebut. Bagi publik Italia yang terkenal kritis, ini bisa dianggap sebagai pertanggungjawaban terbuka—namun juga cermin lemahnya dukungan sistemik dalam federasi.
Selama masa jabatannya, Spalletti juga terlihat kesulitan menjalin chemistry dengan para pemain. Beberapa laporan menyebutkan ketidakharmonisan internal yang berulang kali menjadi penghambat proses pembentukan skuad solid.
Laga Perpisahan yang Simbolis
Meski sudah diputuskan akan meninggalkan jabatan, Spalletti tetap memimpin Italia dalam satu laga terakhir melawan Moldova. Laga itu berakhir dengan kemenangan 2-0, namun tak cukup untuk menghapus luka dan ketidakpuasan atas performa keseluruhan tim. Laga ini lebih mirip momen simbolis perpisahan ketimbang kebangkitan sejati Azzurri.
Ia berjalan meninggalkan lapangan tanpa selebrasi, dan hanya memberikan salam singkat kepada pemain dan staf. Beberapa pemain tampak emosional, namun mayoritas publik menganggap perpisahan ini sebagai hal yang sudah tidak terelakkan.
Siapa Penerus Spalletti?
Sejumlah nama langsung dikaitkan sebagai calon pengganti Spalletti. Claudio Ranieri, pelatih kawakan yang membawa Leicester City juara Liga Inggris 2016, menjadi kandidat kuat. Selain itu, Stefano Pioli yang baru saja meninggalkan AC Milan juga disebut-sebut sebagai opsi potensial.
Federasi Sepak Bola Italia (FIGC) sedang mencari sosok yang tidak hanya mumpuni secara teknis, tetapi juga memiliki kemampuan manajerial dan kepemimpinan yang kuat untuk membangun ulang mentalitas tim.
Refleksi dan Harapan
Kepergian Spalletti menandai babak baru dalam dinamika Timnas Italia yang sudah cukup lama terombang-ambing. Setelah juara Euro 2020, Azzurri kembali mengalami masa-masa penuh kegagalan. Kini, dengan perubahan pelatih, publik berharap ada langkah konkret dan serius untuk membenahi struktur tim nasional dari akar hingga pucuk.
Spalletti sendiri menyampaikan harapan agar pelatih berikutnya bisa membawa arah yang lebih sehat dan positif bagi para pemain muda dan regenerasi Azzurri. Ia mengaku akan kembali ke kehidupan pribadi, dan belum memiliki rencana melatih dalam waktu dekat.

ABAD4D EXCLUSIF
🔗Yuk main di: https://heylink.me/abad-4d/
🔗Cek prediksi terbaru: https://akseslink.com/prediksi
🔗Livescore bola :https://akseslink.com/livescore
#Abad4D #MainBerhadiah #ZonaHoki #KesempatanEmas #GameSeru #HarianMenang #LangsungUntung #dedevip